…dan hancurlah keindahan dunia, kidding haha. Kenyataannya sangat banyak orang memiliki 2 atau lebih kemampuan sekaligus, diantaranya menjadi seniman dan tukang coding. Masih terasa nuansa maulid di tempat tinggal saya, remaja maupun remaji sedang sibuk – sibuknya menyiapkan acara untuk memeriahkan acara maulid-an tersebut, kebetulan hari acara maulid di kampung saya jatuh pada tanggal 25 Rabiul Awal 1435 H.
Sebagai anggota remaja (paling tidak masih terdaftar) agar tidak di-statusisasikan macam – macam, mengharuskan saya untuk ikut terjun bebas kedalam perkumpulan tersebut. Melihat latar belakang hoby saya, maka saya dipercaya-kan untuk membuat desain spanduk untuk diletakkan dan menghiasi masjid. Design? sepertinya tidak mungkin, mengingat apa yang dikatakan bapak Ippho mengenai otak kiri dan otak kanan. Otak kiri pasti akan kesulitan dalam hal mempelajari seni.
Tapi gak apa apa lah sekali sekali, bermodalkan laptop Linux dan image processor andalan saya (GIMP), akhirnya dalam waktu beberapa jam selesai juga spanduk untuk acara maulid.
Taraaaaang,,, sangat klasik, motif hasil mungut – mungut dari Google. Jiwa seni saya hanya mentok sampai disitu, haha. Kombinasi warna standar, dan menggunakan font yang sudah ada. Yaah begitulah, otak yang biasa digunakan untuk memikirkan alur dan logika seketika itu juga mogok ketika digunakan untuk memilih komposisi warna yang tepat dalam design ini.
Ngomong ngomong apakah ini tidak berlebihan? Kenapa harus menggunakan spanduk segala? Yup, beberapa waktu yang lalu juga hal tersebut saya pertanyakan, namun belakangan saya mengerti bahwa ini memang merupakan bagian yang sangat penting. Biasanya dalam hari H acara maulid di suatu tempat (desa/kampung), ada sesi ceramahnya. Nah agar si penceramah tidak membahas topik yang macam macam, maka sengaja dibuatkan spanduk yang bertuliskan tema Maulid di suatu desa, agar si penceramah langsung mengetahui bahwa topik ceramah yang diinginkan oleh penduduk / masyarakat sekitar adalah tema yang ditulis dalam spanduk tersebut.
Sekian coretan kali ini, wassalam.