Internet. Bukan hanya sekedar gaya hidup, namun internet saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak dapat terpisahkan bagi para pelaku digital.
Di Indonesia, pertumbuhan layanan internet terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini sudah ada banyak penyedia layanan internet. Tidak sedikit diantaranya merupakan penyedia layanan internet dari perusahaan seluler, hal ini dikarenakan mereka sudah memiliki base pengguna yang cukup besar sebagai pasar.
Dua diantaranya ialah XL Axiata dan Smartfren, namun sayangnya sejauh yang pernah saya gunakan kedua penyedia layanan internet tersebut belum layak untuk diandalkan.
Smartfren
Di Lombok, Telkom Speedy merupakan ISP yang paling mendominasi (banyak digunakan). Bukan tanpa alasan, karena memang jangkauan areanya yang sangat luas. Saya pernah menggunakan ISP tersebut selama beberapa tahun, namun hanya sebatas kebutuhan di kantor. Akses internet outdoor masih tetap menggunakan mobile data.
Saya mulai menggunkan Smartfren sejak beberapa bulan terakhir, dengan perangkan MiFi-nya yang portable dan sangat hemat untuk terhubung ke banyak perangkaat sekaligus. Koneksinya cukup kencang meskipun menggunakan jaringan CDMA, tapi sayangnya quota yang diberikan sedikit terbatas.
Namun beberap minggu terakhir ada yang membuat tidak nyaman menggunakan koneksi Smartfren, karena setiap request yang dilakukan pasti sudah disisipkan script iklan. Masalahnya script iklan tersebut selalu membuat halaman menjadi blank (putih bersih) ketika pertama kali mengakses web apapun.
Celakanya hal ini dianggap double request untuk setiap website yang diakses, entah pertimbangan apa yang ada dibenak network administrator mereka sehingga membiarkan hal ini masih terjadi.
Bagi pengguna biasa hal ini mungkin tidak begitu berpengaruh, namun pengguna yang hendak melakukan transaksi secara online (internet banking) hal ini merupakan masalah yang sangat serius.
Pertama, double request pada saat login dapat mengakibatkan sistem mem-block akun anda karena dapat dianggap request mencurigakan. Kedua, jika memang dapat melakukan login pada tahap akhir transaksi (tombol process) dapat mengakibatkan transaksi yang sama diprosess lebih dari satu kali. Seram bukan?!
Sayapun tidak hanya diam, dalam suatu kesempatan saya mengajukan komplain kepada pihak Smartfren melalui akun resmi twitter mereka. Sayangnya dari 4 kali komplain dan (katanya) sudah diproses, sampai saat ini model interupsi iklan tersebut masih tetap muncul.
Sayangnya komplain saya selanjutnya masih tetap diabaikan melalui twitter ☹️
Tidak berhenti pada interupsi iklan, masalah lain yang kerap terjadi yakni script iklan mereka juga MENGALAMI ERROR! ?
Sudah jatuh tertimpa tangga. Secara bisnis (menurut saya) kami sebagai pelanggan sudah membayar sejumlah uang untuk menikmati layanan internet dari Smartfren, namun entah bagaimana kami sebagia pelanggan tetap “di-uang-kan” melalui model intrupsi iklan tersebut.
XL Axiata
Setelah cukup merasa tidak enak hati menggunakan Smartfren akhirnya saya mencoba menggunakan layanan dari XL. Bagian mengerikan dari XL Axiata melalui paket XL Go yang baru-baru ini diluncurkan adalah redirect secara paksa ke halaman iklan milik XL sendiri, adreach.
Sayangnya tidak sedikit layanan website yang saya gunakan sangat strict dengan cookie dan aktivitas internet, sehingga mereka pasti mendeteksi koneksi internet saya berasal dari situs iklan dan membuat verifikasi (login dan aksi lainnya) menjadi ditolak.
Konsekuensinya lainnya adalah akses internet akan terasa sangat lambat, karena tahapan akses menjadi lebih banyak. Sangat lambat dibandingkan dengan Smartfren, saya cukup ragu kuota 30GB per-bulan dapat habis dengan speed seperti itu.
Kesimpulan
Banyak yang bilang internet is freedom, tapi kenyataannya (mungkin) di beberapa negara kebebasan itu hanyalah mitos. Selain untuk keperluan iklan, model interupsi request juga memungkinkan untuk “membuntuti” aktivitas pengguna, termasuk mendapatkan username dan password pelanggan.
Saya hanya bisa berharap indonesia memiliki ISP yang tidak hanya fair dalam hal layanan, namun juga menjunjung tinggi etika dan privasi pelanggan.